Kamis, 14 Maret 2013

Miconazole

Miconazole (KRIM 2%)




Komposisi


Tiap g krim berisi dari:
Miconazole nitrat20 mg


Deskripsi

Miconazole nitrat, sintetis turunan dari 1-phenethyl-imidazole. Adalah antijamur spektrum luas
dan bacreicidal agen. Ini menggabungkan aktivitas antijamur terhadap Common dermatophytes, ragi
dan jamur dengan berbagai aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri gram positif dan
cocci Miconazole telah terbukti efektif dalam mycoses sekunder infeksi yang kambuh atau
resisten dengan pengobatan lainnya. Tidak ada perlawanan terhadap Miconazole.



Indikasi


Kulit dan kuku infeksi yang disebabkan oleh dermatophytes, yeastsnand berbagai jamur lain,
misalnya. tinea capitis, tinea corporis, tinea manum, tinea pedis.



DOSIS


dewasa dan anak-anak,dioleskan secukupnya
-tinea pedis,krusis,korposis dan kandiasis kulit :2 kali sehari
-tinea versikolor :sekali sehari

No.Reg.:GTL9832301029A1

PT.KIMIA FARMA Tbk.
WATUDAKON-INDONESIA

Gentamicin

Gentamicin
  40 Mg/Ml injeksi





Komposisi :



Tiap ml mengandung gentamisin sulfat setara dengan gentamisin 3 mg.


Cara Kerja Obat :


Gentamisin merupakan suatu antibiotika golongan aminoglikosida yang aktif menghambat kuman-kuman gram-positif maupun kuman gram-negatif termasuk kuman-kuman yang resisten terhadap antimikroba lain, seperti Staphylococcus penghasil penisilinase; Pseudomonas aeruginosa;Proteus;Klebsiella;E.coli.Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein.


Indikasi :


Pengobatan topikal infeksi-infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap Gentamicin,antara lain untuk infeksi-infeksi konjungtivitis,blefaritis,blefarokonjungtivitis,keratitis,keratokonjungtivitis, dakriosistitis,ulkus kornea,meibomianiatis akut,episkleritis.


Posologi :

Tetes mata : 1 atau 2 tetes setiap 4 jam pada mata yang sakit.Pada infeksi berat,dosis dapat ditingkatkan sampai 2 tetes setiap jam.


Peringatan dan Perhatian : 
                                     

Hentikan pengobatan bila terjadi iritasi atau sensitifitasi.
Dapat terjadi pertumbuhan yang berlebihan   dari mikroorganisme yang tidak rentan pada pemakaian jangka panjang; begitu terjadi super-infeksi,hentikan pengobatan dan berikan terapi yang sesuai.
Dapat terjadi adanya alergi-silahg diantara aminoglikosida.
Pemakaian pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun dan pada  wanita hamil atau menyusui keamanannya  belum
diketahui.
Bagi pasien yang memerlukan terapi antibiotika sistemik dan lokal,prioritas harus diberikan pada pengobatan sistemik.
Untuk menghindari timbulnya  resistensi  tidak disarankan menggunakan antibiotika lokal bersama-sama dengan
antibiotika sistemik sejenis.
Dapat menyebabkan penglihatan kabursementara.
Bila menggunakan obat ini,jangan mengemudi atau menjalankan mesin.


Efek Samping :
 



Terjadi iritasi ringan pada mata,rasa perih,panas,gatal,dan dermatitis.


Kontraindikasi


Hipersensitif terhadap gentamisin.


Cara Penyimpanan


Simpan di bawah suhu 30°C. Hindarkan kontaminasi.


Kemasan dan Nomor Registrasi


Gentamicin 0,3%, botol plastik 5 ml No. Reg. GKL9520918046A1


HARUS DENGAN RESEP DOKTER

INDOFARMA BEKASI - INDONESIA

ZOLAGEL

ZOLAGEL

GOLONGAN GENERIK
Miconazole nitrate.

INDIKASI
Infeksi kuku dan kulit karena dermatofia, kandida atau jamur lain dan bakteri Gram Positif.

KONTRA INDIKASI
Hipersensitif.

PERHATIAN
Hindari kontak dengan mata langsung, hamil trimester 1.

EFEK SAMPING

Sensasi rasa terbakar, maserasi, dermatitis.

KEMASAN
Krim 2% x 5 gram

DOSIS
2x sehari, dioleskan.

ERLAMYCETIN

ERLAMYCETIN
CHLORAMPHENICOL
SALEP MATA





Komposisi :

Tiap gram salep mata ERLAMYCETIN mengandung Chloramphenicol base 1% dalam basis salep mata yang sesuai.


Cara Kerja Obat :


Chloramphenicol adalah antibiotika spektrum luas, bersifat bakteriostatika terhadap beberapa spesies dan pada keadaan tertentu bekerja sebagai bakterisida. Chloramphenicol menghambat sintesa protein bakteri dengan cara mengganggu transfer asam amino.



Indikasi :


Blepharitis, catarrhae, conjunctivitis, traumatic keratitis, trachoma, ulcerative keratitis.


Kontra Indikasi :


Penderita yang hipersensitif terhadap Chloramphenicol.


Aturan Pakai :

Oleskan pada mata yang sakit 3 - 4 kali sehari selama 10 sampai 15 hari.Atau menurut petunjuk dokter.


Kemasan : 

Tube @ 3,5 g.

Cara Penyimpanan :


Simpan pada suhu dibawah 30° C, terlindung dari cahaya.

Reg. Mo. : D. 2019678


HARUS DENGAN RESEP DOKTER.


ERELA
Semarang-Indonesia

Vitamin B1


BETAMIN


KOMPOSISI


tiap tablet salut gula mengandung :
Thiamine(vitamin B1) Mononitrate....................100 mg


DOSIS


Pengobatan : 2 atau 3 kali satu dragee sehari
Pencegahan : 1 kali satu dragee sehari
atau menurut petunjuk dokter


INDIKASI


kekurangan vitamin B1,gangguan urat saraf,nyeri urat syaraf,radang urat syaraf,
rematik sendi dan otot,nyero otot,sciatica,letih setelah bekerja keras,kurang
napsu makan,berat badan menurun,beri-beri,gangguan fungsi jantung.


Reg.No.D6015272


P.T.SANCO FARMA
Tangerang-Indonesia

DEXAMETHASONE


DEXAMETHASONE TABLET 0,5 MG HARSEN



KOMPOSISI :
Tiap tablet Dexamethasone mengandung Deksametason 0,5 mg


URAIAN PENGGUNAAN :
Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat. Sebagai perbandingan Dexamethasone 0,75 mg setara dengan obat sbb : 25 mg Cortisone, 20 mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.
Dexamethasone Harsen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral corticoid dari Cortisone dan hydrocortisone sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocortical tidak berguna.
Dexamethasone Hersen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral corticoid dari Cortisone dan hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekuraangan adrenocortical tidak berguna.
Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya unruk a nti inflamasi, pengobatan rheumatik arthritis dan penyakit collagen lainnya, alergi dermatitis dll. Penyakit kulit, penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana terapi glucocortcoid berguna lebih mennguntungkan seperti penyakit leukimia tertentu dan lymphomas dan inflamasi pada jaringan lunak dan hemolytica.


KONTRA INDIKASI :
- Dexamethasone Harsen tidak boleh diberikan pada penderita herpes simplex pada mata ; tuberkulose aktif, peptic ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan penderita.
- Jangan diberikan pada wanita hamil karena akan terjadi hypoadrenalism pada bayi yang dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya.


EFEK SAMPING :
- Pengobatan yang berkepnjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti kehabisan protein, osteoporosis dan menghambat pertumbuhan anak.
- Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila dibandingkan dengan beberapa glococorticoid lainnya.
- Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi.


DOSIS :
* Dewasa :
   - Oral : 0,5 mg - 10 mg per hari (rata-rata 1,5mg-3 mg per hari)
   - Parenteral : 5 mg-40 mg per hari
Untuk keadaan yang darurat diberikan intravena atau intra muskular.
Dosis i.m. diberikan tiap 6 jam untuk mendapatkan efek yang maksimum.

* Anak-anak : 0,08 mg-0,3 mg/kg berat badan /hari dibagi dalam 3 atau 4 dosis


INTERAKSI OBAT :
- Insulin, hipoglikemik oral : menurunkan efek hipoglikemik.
- Phenythoin, phenobarbital, efedrin : Meningkatkan clearance metabolik dari dexamethasone, menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktivitas fisiologis.
- Antikoagulansia oral : meningkatkan atau menurunkan waktu protombin.
- Diuretik yang mendepresi kalium : meningkatkan resiko hipokalemia.
- Antingen untuk tes kulit : menurunkan reaksiitas.
- Imunisasi : menurunkan respon antibodi.


PERHATIAN :
- Kekurangan adrenocortical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara bertahap.\
- Ada penambahan efek Corticosteroid pada penderita dengan hypothyroidism dan cirrhosis.


CARA PENYIMPANAN :
Simpan di tempat yang sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.


KEMASAN & NO REG. :
Dos 20 strip @ 10 tablet, D. 6016684



HARUS DENGAN RESEP DOKTER


PABRIK :
Hensen

CTM


CTM TABLET ZAKAMEX

KOMPOSISI :
Tiap tablet mengandung 4 mg


INDIKASI :
CTM merupakan antihistamin yang banyak digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi misalnya : alergi rhinitis, alergi konjungtivitas, urticaria (gatal-gatal, biduran), gatal-gatal karena gigitan serangga, alergi eksema & alergi dermatitis.


PERINGATAN :
Selama minum obat ini tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.


PABRIK :
PT. First Medipharma

GG GLYCERYL GUAIACOLATE- Batuk


GLYCERYL GUAIACOLATE


KOMPOSISI :


Tiap tablet mengandung Glyceryl Guaiacolate 100 mg


CARA KERJA OBAT :


Menngencerkan dahak pada saluran nafas sehingga mempermudah pengeluaran dahak.


INDIKASI :


Meredakan batuk berdahak (sebagai ekspektoran)


KONTRA INDIKASI :


Penderita yang hipersensitif terhadap Glyceryl Guaiacolate.


EFEK SAMPING :


Jarang terjadi yaitu : mual, mengantuk.


DOSIS :


- Dewasa : 2-4 tablet setiap 4 jam maksimum 24 tablet sehari.
- Anak 6-12 tahun : 1-2 tablet setiap 4 jam maksimum 12 tablet sehari.
- Anak 2-6 tahun : 1/2-1 tablet setiap 4 jam maksimum 6 tablet sehari.
Atau menurut petunjuk dokter.


PERINGATAN & PERHATIAN :


Jika digunakan oleh wanita hamil, wanita menyusui, dan anak di bawah usia 2 tahun harus di bawah pengawasan dokter.


KEMASAN & NO. REG. :

Botol plastik 1000 tablet
GTL0434004010A1


Simpan pada suhu kamar dan dalam wadah tertutup rapat serta terlindung dari cahaya matahari.


PABRIK :

NOVAPHARIN

Rabu, 13 Maret 2013

ANACETINE


ANACETINE


Komposisi:
Tiap sendok takar (5 ml) mengandung
Acetaminophen120 mg
Guaiafenesin25 mg
Phenylpropanolamine HCl3,5 mg
Chlorpheniramine Maleate0,5 mg

Farmakologi:
Bekerja sebagai analgesik-antipiretik, ekspektoran, antihistamin dan dekongestan hidung


Indikasi:                                                                                                                  
Untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai batuk.


Kontra Indikasi:
-Lihat kotak peringatan !
-Penderita dengan gangguan jantung dan diabetes mellitus.
-Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
-Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.

Aturan Pakai:
Bayi usia dibawah 1 tahun  :3 x sehari 1/2 sendok takar (2,5 ml)
Anak usia 1 - 6 tahun :3 x sehari 1 sendok takar (5 ml)
Anakusia6-12 tahun :3 x sehari 2 sendok takar (10 ml)
Dewasa   :3 x sehari 4 sendok takar (20 ml)

Efek Samping :
-Mengantuk, GAngguan pencernaan, gangguan psikomotorik, takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin.
-Penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati

Interaksi Obat:
penggunaan bersama antidepresan tipe Penghambat MAO dapat mengakibatkan krisis hipertensi


Peringatan dan Perhatian :
-Lihat kotak peringatan
-Hati - hati pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostat, hipertiroid dan retensi urin
-tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui, kecuali atas petunjuk dokter.
-selama minum obat ini tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin
-hati - hati penggunaan bersama dengan obat - obat yang menekan susunan syaraf pusat
-penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati.

Cara Penyimpanan :
Simpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk (15 - 25) ° C dan terlindung dan cahaya


Kemasan:
Dus, Botol isi 60 ml
Reg. No. DTL 8710800937 A1


"Dapat menyebabkan kantuk"

P.NO.I
awas!obat keras baca aturan memakainya


BERLICO MULIA FARMA
Yogyakarta - Indonesia

Askep Typoid



A.  Tinjauan Teoritis Demam Typoid

1. Pengertian
“Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran“. (Mansjoer, 2000: 432).

“Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Disebabkan salmonella thypi, ditandai adanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan kesadaran”. (Soegijanto, 2002: 1).

“Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir usus, dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh tubuh”. (Tambayong, 2000: 143).

“Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella typhi”. ( Ovedoff, 2002: 514).


2. Etiologi
Menurut Lewis, Et al (2000: 192) “Penyakit demam typoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi”.

Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk (1999: 421) etiologi dari demam typoid adalah Salmonella typhi, sedangkan demam paratipoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies salmonella enteretidis bioseratife para typhi B, salmonella enteretidis bioseratife C. Kuman-kuman ini lebih dikenal dengan nama salmonella paratyphi A, salmonella schottmueller dan salmonella hirscfeldii.

Menurut Ruth F, Craven dan Constance J, Hirni (2002: 1011) tentang penyebab dari demam typoid adalah bakteri Salmonella typhi.


3. Patofisiologi
Kuman salmonella thypi masuk bersama makanan/ minuman setelah berada di dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan keradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh darah limfe masuk ke darah (bakterimia primer) menuju organ retikuloendotelial system (RES) terutama hati dan limfa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar keseluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut di keluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus.

Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimia nya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala-gejala dari demam typoid. (Suriadi, 2001: 281).

Demam typoid disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya yang merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjut zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.


4. Tanda dan Gejala
Menurut Ruth F Craven dan constance J, Hirnie (2002: 1011) tanda dan gejala demam typoid adalah sakit kepala, panas, sakit perut, diare dan muntah.

Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu badan.

Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah typoid (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa samnolen koma, sedangkan reseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia. (Mansjoer, 1999: 422).

Menurut Ngastiyah (2005: 237), demam typoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:

a. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.

b. Gangguan Pada Saluran Pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.

c. Gangguan Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan, pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.

d. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam typoid, akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.


5. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005: 241), komplikasi pada demam typoid dapat terjadi pada usus halus, umumnya jarang terjadi bila terjadi sering fatal diantaranya adalah:

a. Perdarahan Usus, bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

b. Perforasi Usus, timbul biasanya pada minggu ke-3 atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma. Pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus halus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri tekan.

Komplikasi di usus halus, terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan lain-lain, terjadi karena infeksi sekunder yaitu Bronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan respirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.


6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut David Ovedoff (2002: 514), pemeriksaan khusus yang diperiksa adalah:
a. Jumlah leukosit (biasanya terdapat leukopenia).
b. Selama minggu pertama, biakan darah positif pada 90% penderita.
c. Biakan tinja menjadi positif pada minggu kedua dan ketiga.
d. Biakan sum-sum tulang sering berguna bila biakan darah negatif.
e. Titer agglutinin (tes widal terhadap antigen somatic (O) dan flagel (A) meningkat selama minggu ketiga, positif semua dan kadang-kadang negatif semua bisa mungkin terjadi pada tes widal).

Menurut Arif Mansjoer, dkk (1999: 421), biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typoid. Peningkatan uji titer widal empat lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis demam typoid.

Menurut Rachmat Juwono (1999: 436) bahwa pemeriksaan Laboratorium melalui:
1. Pemeriksaan leukosit
Pemeriksaan leukosit ini tidaklah sering dijumpai, karena itu pemeriksaan jumlah leukosit ini tidak berguna untuk diagnosis demam typoid.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi kembali ke normal setelah sembuhnya demam typoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.

3. Biakan darah
Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typoid.

4. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum pasien demam typoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella typhi dan juga para orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typoid.

Dari pemeriksaan widal, titer antibodi terhadap antigen O yang bernilai > 1/200 atau peningkatan > 4 kali antara masa akut dan konvalensens mengarah kepada demam typoid, meskipun dapat terjadi positif maupun negatif palsu akibat adanya reaksi silang antara spesies salmonella. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman salmonella typhi pada biakan empedu yang diambil dari darah klien. (Mansjoer, 2000: 433).

Akibat infeksi oleh kuman salmonella typhi pasien membuat antibodi (aglutinin), yaitu:
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen (berasal dari tubuh kuman).

b. Aglutinin H, berasal dari rangsangan antigen H (berasal dari flagella kuman).

c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typoid.

Faktor-faktor yang mempengaruhi uji widal
Faktor yang berhubungan dengan klien:
a. Keadaan umum: gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.

b. Penyakit-penyakit tertentu: ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.

c. Pengobatan dini dengan antibiotika: pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.

d. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid: obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.

e. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa: seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.

f. Infeksi klien dengan klinis/ subklinis oleh salmonella sebelumnya: keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.

g. Reaksi anamnesa: keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella dimasa lalu.


7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Copstead, et al (2000: 170) “Pilihan pengobatan mengatasi kuman Salmonella typhi yaitu ceftriaxone, ciprofloxacin, dan ofloxacin. Sedangkan alternatif lain yaitu trimetroprin, sulfametoksazol, ampicilin dan cloramphenicol”.

“Pengobatan demam typoid terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1. Perawatan
Pasien demam typoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah perdarahan usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

2. Diet
Di masa lampau, pasien demam typoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus, karena ada pendapat bahwa usus perlu di istirahatkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan selai kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam typoid.

3. Obat
Obat-obatan antimikroba yang sering dipergunakan, ialah:

a. Kloramfenikol, dosis hari pertama 4 kali 250 mg, hari kedua 4 kali 500 mg, diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 kali 250 mg selama 5 hari kemudian.

b. Tiamfenikol
Dosis dan efektifitas tiamfenikol pada demam typoid sama dengan kloramfenikol. Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfenikol demam pada demam typoid turun setelah rata-rata 5-6 hari.

c. Ampicilin dan Amoxilin, efektifitas keduanya lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. Indikasi mutlak penggunaannya adalah klien demam typoid dengan leukopenia. Dosis 75-150 mg/kg berat badan, digunakan sampai 7 hari bebas demam.

d. Kontrimoksazol (kombinasi trimetroprin dan sulfametaksazol), efektifitas nya kurang lebih sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 2 kali 2 tablet sehari digunakan sampai 7 hari bebas demam turun setelah 5-6 hari.

e. Sepalosporin generasi ketiga, beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sepalosporin generasi ketiga antara lain sefoperazon, cefriaxone, cefotaxim efektif untuk demam typoid.

f. Fluorokinolon
Fluorokinolon efektif untuk demam typoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

Selain dengan pemberian antibiotik, penderita demam typoid juga diberikan obat-obat simtomatik antara lain:
a. Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin setiap klien demam typoid karena tidak berguna.

b. Kortikosteroid
Klien yang toksit dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam pengobatan selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan, kesadaran klien menjadi baik, suhu badan cepat turun sampai normal, tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps”. (Sjaifoellah, 1996: 440).


8. Prognosis
“Prognosis demam typoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa 7,4% rata-rata 5,7 %”. (Sjaifoellah, 1996: 441).

Sedangkan menurut Ngastiyah (2005: 236), umunya prognosis demam typoid pada anak baik, asal pasien cepat berobat. Mortalitas pada pasien yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi tidak baik bila terdapat gambaran klinis yang berat seperti:
a. Demam tinggi (hiperpireksia) atau febris continue.
b. Kesadaran sangat menurun (supor, koma atau delirium).
c. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis perforasi.


B. Tinjauan Teoritis Keperawatan Demam Typoid

1. Pengkajian Keperawatan Menurut Doenges (1999: 476-485) adalah:

a. Aktivitas dan Istirahat.
Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan proses penyakit.

b. Sirkulasi
Tanda: Takikardi (respon demam, proses inflamasi dan nyeri), bradikardi relatif, hipotensi termasuk postural, kulit/membran mukosa turgor buruk, kering, lidah kotor.

c. Integritas Ego
Gejala: Ansietas, gelisah, emosi, kesal misal perasaan tidak berdaya/ tidak ada harapan.
Tanda: Menolak, perhatian menyempit.

d. Eliminasi
Gejala: Diare/konstipasi.
Tanda: Menurunnya bising usus/tak ada peristaltik meningkat pada konstipasi/adanya peristaltik.

e. Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia, mual dan muntah.
Tanda: Menurunnya lemak subkutan, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.

f. Hygiene
Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan.

g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Hepatomegali, Spenomegali, nyeri epigastrium.
Tanda: Nyeri tekan pada hipokondilium kanan atau epigastrium.

h. Keamanan
Gejala: Peningkatan suhu tubuh 38C-40C, penglihatan kabur, gangguan mental delirium/ psikosis.

i. Interaksi Sosial
Gejala: Menurunnya hubungan dengan orang lain, berhubungan dengan kondisi yang di alami.

j. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala: Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus.


2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang muncul menurut NANDA (2001-2002) yaitu:

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat ditempat tidur/ tirah baring.
c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia atau output yang berlebihan akibat diare.

e. Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus.

f. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.


3. Perencanaan Keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.

Intervensi:
1) Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
Rasional: Mengetahui perubahan suhu, suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses inflamasi.

2) Jelaskan upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu klien/ keluarga dalam melaksanakan upaya tersebut, seperti: dengan memberikan kompres dingin pada daerah frontal, lipat paha dan aksila, selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh, tingkatkan intake cairan dengan perbanyak minum.
Rasional: Membantu mengurangi demam.

3) Observasi tanda-tanda vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi dan Respirasi) setiap 2-3 jam.
Rasional: Tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran keadaan umum klien.

4) Monitor penurunan tingkat kesadaran.
Rasional: Menentukan intervensi selanjutnya untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

6) Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien.
Rasional: Untuk mempercepat proses penyembuhan.

5) Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat antipiretik dan antibiotik.
Rasional: Obat antiperitik untuk menurunkan panas dan antibiotik mengobati infeksi basil salmonella typhi.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di tempat tidur/ tirah baring.

Intervensi:
1) Berikan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari berupa makanan, minuman, ganti baju dan perhatikan kebersihan mulut, rambut, genetalia dan kuku.
Rasional: Pemberian bantuan pada klien dapat menghindari timbulnya komplikasi yang berhubungan dengan pergerakan yang melanggar program tirah baring.

2) Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL.
Rasional: Partisipasi keluarga sangat penting untuk mempermudah proses keperawatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

3) Jelaskan tujuan tirah baring untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan
Rasional: Istirahat menurunkan mobilitas usus juga menurunkan laju metabolisme dan infeksi.

c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah/ pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.

Intervensi:
1) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, turgor kulit, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan.
Rasional: Perubahan status hidrasi, membran mukosa, turgor kulit menggambarkan berat ringannya kekurangan cairan.

2) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: Perubahan tanda vital dapat menggambarkan keadaan umum klien.

3) Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian.
Rasional: Memberikan pedoman untuk menggantikan cairan.

4) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
Rasional: Keluarga sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan cairan klien.

5) Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian cairan IV.
Rasional: Pemberian cairan IV untuk memenuhi kebutuhan cairan.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.

Intervensi:
1) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Rasional: Mengetahui penyebab pemasukan yang kurang sehingga dapat menentukan intervensi yang sesuai dan efektif.

2) Monitor adanya penurunan berat badan.
Rasional: Kebersihan nutrisi dapat diketahui melalui peningkatan berat badan 500 gr/minggu.

3) Monitor lingkungan selama makan.
Rasional: Lingkungan yang nyaman dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.

4) Monitor mual dan muntah.
Rasional: Mual dan muntah mempengaruhi pemenuhan nutrisi.

5) Libatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi klien.
Rasional: Meningkatkan peran serta keluarga dalam pemenuhan nutrisi untuk mempercepat proses penyembuhan.

6) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
Rasional: Protein dan vitamin C dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.

7) Berikan makanan yang terpilih.
Rasional: Untuk membantu proses dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Rasional: Membantu dalam proses penyembuhan.

e. Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus.

Intervensi:
1) Monitor tanda dan gejala diare.
Rasional: Untuk menentukan intervensi yang akan dilakukan.

2) Identifikasi faktor penyebab diare.
Rasional: Mengetahui penyebab diare sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya.

3) Observasi turgor kulit secara rutin.
Rasional: Turgor kulit jelek dapat menggambarkan keadaan klien.

4) Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare.
Rasional: Untuk membantu dalam proses penyembuhan.

5) Anjurkan pasien untuk makan makanan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan.
Rasional: Makanan rendah serat dan tinggi protein dapat membantu mengatasi diare.

6) Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal.
Rasional: Untuk melanjutkan intervensi dan pemberian obat berikutnya.

7) Evaluasi intake makanan yang masuk.
Rasional: Untuk mengetahui tingkat perkembangan klien.

8) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian cairan IV.
Rasional: Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan.

f. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.

Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya, intensitas dan karakteristik nyeri.
Rasional: Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit/ terjadi komplikasi.

2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan menurunkan nyeri.
Rasional: Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor yang memperberat (seperti stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi, serta membantu dalam membuat diagnosis dan kebutuhan terapi.

3) Beri kompres hangat pada daerah nyeri.
Rasional: Untuk menghilang nyeri.

4) Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian obat analgetik.
Rasional: Analgetik dapat membantu menurunkan nyeri.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.

Intervensi:
1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya.
Rasional: Mengetahui pengetahuan ibu tentang penyakit demam typoid.

2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien.
Rasional: Agar ibu klien mengetahui tentang penyakit demam typoid, penyebab, tanda dan gejala, serta perawatan dan pengobatan penyakit demam typoid.

3) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.
Rasional: Supaya keluarga lebih memahami tentang penyakit tersebut.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah usaha untuk menilai keefektifan asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien dengan demam typoid.

Hasil evaluasi yang diharapkan adalah:
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.
Evaluasi:
1) Suhu tubuh dalam batas normal (36,6-37,5 C).
2) Klien tidak demam lagi.
3) Klien tidak gelisah.
4) Turgor kulit baik.
5) Kesadaran compos mentis.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di tempat tidur/ tirah baring.
Evaluasi:
1) Kebutuhan mandi, makan, minum, eleminasi, ganti pakaian, kebersihan mulut, rambut, kuku dan genetalia terpenuhi.
2) Klien berpartisipasi dalam tirah baring.
3) Klien mobilisasi secara bertahap.

c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah/ pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.
Evaluasi:
1) Masukan dan haluaran cairan seimbang.
2) Turgor kulit baik, membran mukosa lembab.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.
Evaluasi:
1) Klien dapat menghabiskan makanan yang disediakan.
2) Klien tidak lagi mual, dan muntah.
3) Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai saran dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.

e. Diare berhubungan dengan peradangan pada usus halus.
Evaluasi:
1) Tidak mengalami diare.
2) Turgor kulit baik.

f. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.
Evaluasi:
1) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2) Tampak rileks dan mampu tidur atau istirahat secara adekuat.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
Evaluasi:
Keluarga klien mengerti tentang penyakit anaknya

ASAM URAT




Radang Sendi akibat Asam Urat
TIGA dari seribu orang menderita hiperurisemia (peningkatan kadar asam urat dalam darah secara kronis melebihi batas normal). Umumnya, gejala ini banyak ditemui pada pria yang berumur lebih dari 30 tahun dan jarang terjadi pada wanita (kecuali setelah menopause). Peningkatan kadar asam urat dalam darah terjadi akibat percepatan biosintesis purin (adenin dan guanin untuk membentuk DNA) dari asam amino atau degradasi purin berlebih akibat adanya kematian sel, kelebihan asupan asam nukleat dan protein melalui makanan, atau ekskresi asam urat melalui ginjal yang tidak sempurna.
Pada manusia, penumpukan asam urat juga akan dipicu hilangnya aktivitas urikase (enzim yang berfungsi untuk mengoksidasi asam urat menjadi allotonin yang mudah larut). Kadar asam urat tinggi juga ditemukan sebagai akibat sekunder dari berbagai penyakit, misalnya, gangguan pada penyimpanan glikogen atau defisiensi enzim turunan sehingga menghasilkan metabolit-metabolit seperti laktat atau trigliserida yang harus berkompetisi dengan asam urat untuk ekskresi.
Asam urat adalah senyawa yang sukar larut dalam air. Kadar asam urat darah normal untuk pria dewasa berkisar antara 3,5-7,2 mg/dl dan untuk wanita antara 2,6-6,0 mg/dl. Bila senyawa ini terakumulasi dalam jumlah besar di dalam darah, maka akan memicu pembentukan kristal yang berbentuk jarum. Kristal-kristal ini biasanya terkonsentrasi pada sendi-sendi (kaki, lutut, siku, atau tangan) sedemikian rupa sehingga mengakibatkan radang sendi (artritis). Sendi-sendi tempat asam urat mangkal biasanya menjadi bengkak dan kaku.
Selain itu, jika asam urat terkumpul di ginjal akan memicu pembentukan batu asam urat (tofi) yang mengakibatkan kerusakan ginjal yang sulit untuk diperbaiki. Kejadian ini biasanya dibarengi dengan kejadian hipertensi, penyakit pembuluh darah, infeksi, atau penuaan. Secara tradisional, ketidakseimbangan asam urat dalam tubuh diatasi dengan obat Allopurinol. Allopurinol adalah antimetabolit yang bertindak sebagai inhibitor sintesis asam urat.
Namun, obat ini akan menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, dan diare. Fenilbutason dan Oksifenbutason juga efektif sebagai hormon kortikotropin untuk mengatasi serangan berat artritis. Obat non-steroid jangka pendek untuk mengatasi artritis adalah Indometasin. Tindakan pencegahan lebih baik dilakukan untuk mereduksi kadar asam urat dengan memperbanyak minum dan makanan bergaram yang sedikit lebih basa, dan minum Allopurinol secara teratur.
ZEILY NURACHMAn Guru biokimia, Kimia ITB
Penyakit reumatik yang jenisnya lebih dari seratus itu telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satu yang masih dapat dilihat buktinya adalah fosil dinosaurus yang mengalami perkapuran pada tulang panjangnya. Dari segi reumatologi kelainan ini termasuk penyakit degeneratif yaitu osteoartritis. Penyebab penyakit reumatik ini sangat beragam pula, dan berkaitan dengan proses imunitas, makanan, infeksi dan lain sebagainya.
Apa yang disebut Reumatik ?
Reumatik adalah merupakan penyakit metabolik, yaitu penyakit yang disebabkan gangguan metabolisme yang dalam hal ini adalah gangguan metabolisme asam urat.
Apa hubungannya asam urat dengan penyakit ini ?
Asam urat sebenarnya merupakan hasil akhir dari metabolisme purin. Purin dapat berasal dari makanan dan dari sel tubuh sendiri. Umumnya darah manusia dapat menampung asam urat sampai tingkat tertentu. Normal kadar asam urat dalam darah manusia untuk pria umumnya 7 mg/dl, sedangkan pada wanita rata - rata dibawah 6 mg/dl. Tetapi bila kadarnya melebihi standar tersebut maka darah tidak mampu lagi menampung asam urat dan harus dibuang ke berbagai organ terutama yang paling banyak ke sendi dan ginjal. Pada sendi, asam urat ini akan mengendap sebagai kristal monosodium urat yang akan menyebabkan radang sendi akut (arthritis gout akut) atau reumatik akut.
Bagian sendi mana yang paling sering terkena ?
Sendi yang sering mendapat serangan reumatik adalah daerah yang sering terkena tekanan, yaitu sendi ibu jari kaki, sendi pergelangan kaki/tumit, sendi lutut, sendi siku, dan sendi jari tangan.
Ada beberapa jenis penyakit reumatik, yaitu :
• Jenis produksi asam urat berlebihan.
• Jenis keadaan pembuangan asam urat yang kurang.
• Jenis campuran
Stadium penyakit ini dapat dibagi menjadi:
Tahap pertama yang disebut tahap arthritis gout akut Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang khas seperti yang telah disebutkan diatas. Serangan ini akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 - 7 hari, tetapi bila diobati akan lebih cepat menghilang. Karena penderita sering merasa keadaan ini cuma keseleo biasa atau pegal biasa dan sering sekali sembuh dengan sendirinya, maka penderita akan merasa sehat selama jangka waktu tertentu, ada yang hanya 1-2 tahun atau dapat juga 10 tahun. Panjangnya tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa pernah menderita serangan arthritis gout akut, atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout.

Tahap kedua disebut sebagai tahap arthritis gout akut intermiten. Setelah melewati masa reumatik tanpa gejala, selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan kambuh yang jarak antara serangan yang satu dengan serangan yang berikutnya makin lama makin dekat dan lama serangn makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak. Bisa jarak kekambuhan tersebut setiap 6 bulan atau setiap 3 bulan dan seterusnya.

Tahap selanjutnya disebut tahap arthritis gout kronis bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan - benjolan disekitar sendi yang sering meradang yang disebut tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
Penyakit reumatik yang jenisnya lebih dari seratus itu telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satu yang masih dapat dilihat buktinya adalah fosil dinosaurus yang mengalami perkapuran pada tulang panjangnya. Dari segi reumatologi kelainan ini termasuk penyakit degeneratif yaitu osteoartritis. Penyebab penyakit reumatik ini sangat beragam pula, dan berkaitan dengan proses imunitas, makanan, infeksi dan lain sebagainya.
Apa yang disebut Reumatik ?
Reumatik adalah merupakan penyakit metabolik, yaitu penyakit yang disebabkan gangguan metabolisme yang dalam hal ini adalah gangguan metabolisme asam urat.
Apa hubungannya asam urat dengan penyakit ini ?
Asam urat sebenarnya merupakan hasil akhir dari metabolisme purin. Purin dapat berasal dari makanan dan dari sel tubuh sendiri. Umumnya darah manusia dapat menampung asam urat sampai tingkat tertentu. Normal kadar asam urat dalam darah manusia untuk pria umumnya 7 mg/dl, sedangkan pada wanita rata - rata dibawah 6 mg/dl. Tetapi bila kadarnya melebihi standar tersebut maka darah tidak mampu lagi menampung asam urat dan harus dibuang ke berbagai organ terutama yang paling banyak ke sendi dan ginjal. Pada sendi, asam urat ini akan mengendap sebagai kristal monosodium urat yang akan menyebabkan radang sendi akut (arthritis gout akut) atau reumatik akut.
Bagian sendi mana yang paling sering terkena ?
Sendi yang sering mendapat serangan reumatik adalah daerah yang sering terkena tekanan, yaitu sendi ibu jari kaki, sendi pergelangan kaki/tumit, sendi lutut, sendi siku, dan sendi jari tangan.

Ada beberapa jenis penyakit reumatik, yaitu :
• Jenis produksi asam urat berlebihan.
• Jenis keadaan pembuangan asam urat yang kurang.
• Jenis campuran
Stadium penyakit ini dapat dibagi menjadi:
Tahap pertama yang disebut tahap arthritis gout akut Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang khas seperti yang telah disebutkan diatas. Serangan ini akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 - 7 hari, tetapi bila diobati akan lebih cepat menghilang. Karena penderita sering merasa keadaan ini cuma keseleo biasa atau pegal biasa dan sering sekali sembuh dengan sendirinya, maka penderita akan merasa sehat selama jangka waktu tertentu, ada yang hanya 1-2 tahun atau dapat juga 10 tahun. Panjangnya tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa pernah menderita serangan arthritis gout akut, atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout.

Tahap kedua disebut sebagai tahap arthritis gout akut intermiten. Setelah melewati masa reumatik tanpa gejala, selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan kambuh yang jarak antara serangan yang satu dengan serangan yang berikutnya makin lama makin dekat dan lama serangn makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak. Bisa jarak kekambuhan tersebut setiap 6 bulan atau setiap 3 bulan dan seterusnya.

Tahap selanjutnya disebut tahap arthritis gout kronis bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan - benjolan disekitar sendi yang sering meradang yang disebut tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi

Senin, 11 Maret 2013

AMINOPHYLIN


AMINOPHYLIN 200 Mg coronet


KANDUNGAN :
Aminophylline/Aminofilin.


INDIKASI :
Menghilangkan & mencegah gejala-gejala asma & bronkhospasme yang bersifat
reversibel yang berhubungan dengan bronkhitis kronis & emfisema.


KONTRA INDIKASI :
Tidak dianjurkan untuk anak berusia kurang dari 12 tahun.


PERHATIAN :
Pasien dengan penyakit jantung berat, hipoksemia (keadaan kadar oksigen darah yang menurun) parah,
gagal jantung kongestif, penyakit hati, usia lanjut, hipertensi, atau hipertiroidisme.


INTERAKSI OBAT :
klirens Teofilin dikurangi oleh Eritromisin dan makrolida lainnya, dan Simetidin.


EFEK SAMPING :
Gangguan saluran pencernaan, takhikardia, berdebar,& gemetar.


INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan
belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia.
Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.  


KEMASAN :
Tablet 200 mg x 1000 biji.


DOSIS :
• Kondisi ringan sampai sedang : diawali dengan 1 tablet 2 kali sehari.
• Kondisi berat : 2 kali sehari 2 tablet.
Dosis dapat diubah jika diperlukan.


PENYAJIAN :
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)


PABRIK :
Coronet

AMOXICILLIN

AMOXICILLIN 500 INF

KOMPOSISI :

Tiap kapsulmengandung Amoxicillin Anhidrat 250 mg
Tiap kaplet mengandung Amoxicillin Anhidrat 500 mg

CARA KERJA OBAT :

Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positip dan beberapa gram negatip yang patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap Amoxicillin antara lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P. mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri penghasil beta laktamase.

INDIKASI :

Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram negatip yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, otitis media, bronchitis akut dan kronik, pneumonia cystitis, urethris, pyelonephritis, gonorhea yang tidak terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak.

DOSIS :


Disesuaikan dengan jenis dan beratnya infeksi


-
Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam 3 dosis.
-
Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 750-1500 mg dalam dosis terbagi, diberikan tiap 8 jam sebelum makan.
-
Pada infeksi yang lebih berat digunakan dosis yang lebih besar atau menurut petunjuk dokter.
-
Untuk gangguan ginjal dengan kreatinin klirens 10 ml/menit, dosis tidak boleh lebih dari 500 mgtiap 12 jam.
-
Untuk gonorhea yang tidak terkomplikasi: Dewasa : 3 gram Amoxicillin dosis tunggal.

Anak-anak pra pubertas : 50 mg/kg BB Amoxicillin + 25 mg /kg BB Probenecid diberikan bersama dalam dosis tunggal.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :

- Penggunaan dosis tinggi dalam jangka lama dapat menimbulkan super infeksi (biasanya disebabkan Enterobacter, Pseudomonas, S. aureus, Candida) terutama pada saluran gastro intestinal.
- Pemakaian pada wanita hamil belum diketahui keamanannya dengan pasti.
- Hati - hati pemberian pada wanita menyusui daparmenyebabkan sensitifitas pada bayi.
- Pada kasus gonorhea : hati-hati penggunaan pada anak-anak karena probenecid dikontra-indikasikan untuk anak-anak dibawah 2 tahun.
- Pengobatan dengan Amoxicillin dan jangka waktu yang lama harus disertai dengan pemeriksaan terhadap fungsi ginjal, hati dan darah.


EFEK SAMPING :

- Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urticaria, ruam kulit, angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis dan stomatitis.
- Kemungkinan reaksi anafilaksi.


KONTRA INDiKASI :

- Penderita yang hipersensitif terhadap Penicillin dan turunannya.
- Bayi baru lahir dimana ibunya hipersensitif terhadap Penicillin atau turunannya.
- Jangan digunakan untuk pengobatan meningitis atau infeksi pada tulang sendi karena Amoxicillin oral tidak menembus ke dalam cairan cerebrospinal atau sinovial.

INTERAKTIF OBAT :

- Probenecid memperiambat ekskresi Amoxicillin
- Penggunaan bersama-sama allopurinol dapat meningkatkan terjadinya reaksi kulit.

CARA PENYIMPANAN :

Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

KEMASAN :

Amoxicillin kapsul 250 mg dus 10 strip @ 10 kapsul No. Reg. GKL 0007113501 A1
Amoxicillin kapiet 500 mg dus 10 strip @ 10 kaplet No. Reg. GKL 0007113604 A1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PRODUKSI P.T. FIRST MEDIPHARMA
Sidoarjo - Indonesia

ALLOPURINOL 100 mg


ALLOPURINOL 100 mg



Komposisi :

Tiap tablet mengandung Alopurino 100 mg.


Cara Kerja Obat :

Alopurinol adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya mengubah xantin menjadi asam urat. Dalam tubuh Alopurinol mengalami metabolisme menjadi oksipurinol (alozantin) yang juga bekerja sebagai penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja senyawa ini berdasarkan katabolisme purin dan mengurangi produksi asam urat, tanpa mengganggu biosintesa purin.


Indikasi :

Gout dan hiperurisemia.


Posologi :
* Dewasa : Dosis awal 100 mg sehari dan ditingkatkan setiap minggu sebesar 100 mg sampai dicapai dosis optimal. Dosis maksimal yang dianjurkan 800 mg sehari.Pasien dengan gangguan ginjal 100 - 200 mg sehari.
*
Anak 6- 10 tahun : Bila disertai penyakit kanker, dosis maksimal 300 mg sehari.
* Anak dibawah 6 tahun :Dosis maksimal 150 mg sehari.

Dosis tergantung individu, sebaiknya diminum sesudah makan. Pemeriksaan kadar asam urat serum dan fungsi ginjal membantu penetapan dosis efektif minimum, untuk memelihara kadar asam urat serum < 7 mg/dl pada pria dan < 6 mg/dl pada wanita.


Peringatan dan Perhatian :

Hati-hati pemberian pada penderita yang hipersensitif dan wanita hamil.
Hindari penggunaan pada penderita dengan gagal ginjal atau penderita dengan hiperurisemia asimptomatik.
Hentikan pengobatan dengan Alopurinol bila timbul kemerahan kulit atau demam.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan katarak.
Selama pengobatan dianjurkan melakukan pemeriksaan mata secara   berkala, hentikan   penggunaan   bila  terjadi   gejala kerusakan lensa mata.
Penggunaan pada wanita hamil, hanya bila ada pertimbangan manfaat dibandingkan resikonya.
Alopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan artritis gout akut  sehingga  sebaiknya  obat  anti inflamasi  atau   kolkisin diberikan bersama pada awal terapi. Hati-hati bila diberikan bersama dengan vidarabin.


Efek Samping :

Reaksi hipersensitivitas :ruam makulopapular didahului pruritus, urtikaria, eksfoliatif dan lesi purpura, dermatitis, nefritis, faskulitis dan sindrome poliartritis. Demam, eosinofilia, kegagalan hati dan ginjal, mual, muntah, diare, rasa mengantuk, sakit kepala dan rasa logam.


Kontra indikasi :

Alergi terhadap Alopurinol
Penderita dengan penyakit hati dan "bone marrow suppression.


Interaksi Obat :

Pemberian Alopurinol bersama dengan azatioprin, merkaptopurin atau siklotosfamid, dapat meningkatkan efek toksik dari obat tersebut.
Jangan diberikan bersama-sama dengan garam besi dan obat diuretik golongan tiazida.
Dengan warfarin dapat menghambat metabolisme obat di hati.


Cara Penyimpanan :

Simpan di tempat sejuk dan kering.
Kemasan dan Nomor Registrasi
Kotak berisi 10 blister @ 10 tablet
No. Reg. GKL8920905510A1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
1NDOFARMA
BEKASI-INDONESIA

SALBRON





GOLONGAN GENERIK

Per tablet : Salbutamol Sulfat.


INDIKASI

Asma bronkhial, bronkhitis kronis, emfisema, & kondisi bronkhospastik lain.


PERHATIAN
Hipertiroidisme, penyakit jantung dan pembuluh darah, aneurisme (pelebaran pembuluh darah setempat saja, karena salah perkembangan atau
kemunduran dinding pembuluh), diabetes melitus, glaukoma sudut tertutup.
Pasien yang mendapat antihipertensi atau menggunakan anestesi halogen.
Interaksi obat : efek terantagonis oleh Propranolol dan pemblok ß-adrenoreseptor lain serta dipertinggi oleh penggunaan bersama dengan Xantin.

EFEK SAMPING

Gemetar halus pada otot skelet terutama pada tangan, berdebar, dan kadang-kadang kram otot.


KEMASAN

Tablet 2 mg x 100 biji.


DOSIS
Dewasa : 3-4 kali sehari 2-4 mg.
Anak berusia 6-12 tahun : 3-4 kali sehari 2 mg.
Anak berusia 2-6 tahun : 3-4 kali sehari 1 mg.

FARIN FLU SYRUP


  • Analgesik- antipiretik, dekongestan hidung, antihistamin.KOMPOSISI

    Mengandung : Per 5 mL Phenylpropanolamine HCl, Chlorpheniramine maleate, Paracetamol.
  • INDIKASI

    Analgesik- antipiretik, dekongestan hidung, antihistamin.
  • KEMASAN

    Syrup 60 mL
  • DOSIS

    Dewasa dan anak usia lebih dari 12 tahun : 3 kali sehari 4 sendok teh.
    Anak usia 6-12 tahun : 3 kali sehari 2 sendok teh.
  • PENYAJIAN

    Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
  • PABRIK

    Ifars

ANTASIDA DOEN SUSPENSI



SYRUP
KOMPOSISI :


Tiap tablet kunyah atau tiap 5 ml suspensi mengandung :
- Gel Aluminium Hidroksida kering 258,7 mg (setara dengan Aluminium Hidroksida) 200 mg
- Magnesium Hidroksida 200 mg


CARA KERJA OBAT :

Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magnesium hidroksida merupakan antasid yang bekerja menetralkan asam lambung dan
menginaktifkan pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Di samping itu efek laksatif dari Magnesium hidroksida akan mengurangi efek konstipasi dari Aluminium Hidroksida.
INDIKASI :

Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada duodenum dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada lambung.
KONTRA INDIKASI :

Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
DOSIS :
Tablet :
- Anak-anak 6-12 tahun :sehari 3-4 kali 1/2 tablet.
- Dewasa :sehari 3-4 kali 1-2 tablet. Diminum 1-2 jam setelah makan dan menjelang tidur.
Syrup :
- Anak-anak 6-12 tahun : sehari 3-4 kali 1/2 sendok teh
- Dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 sendok teh. Diminum 1 - 2 jam setelah makan dan menjelang tidur.

EFEK SAMPING :

Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-gejala tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan.
PERINGATAN DAN PERHATIAN :

- Jangan diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat karena dapat menimbulkan hipermagnesia.
- Tidak dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu kecuali atas petunjuk dokter.
- Bila sedang menggunakan obat tukak lambung lain seperti Simetidin atau antibiotika Tetrasiklin harap diberikan dengan selang waktu 1-2 jam.
- Tidak dianjurkan pemberian pada anak-anak di bawah 6 tahun kecuali atas petunjuk dokter karena biasanya kurang jelas penyebabnya.
- Hati-hati pemberian pada penderita diet fosforrendah dan pemakaian lama karena dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah.

INTERAKSI OBAT :

Pemberian bersama Simetidin atau Tetrasiklin dapat mengurangi absorpsi obat tersebut.
CARA PENYIMPANAN :

Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.
KEMASAN :

Dus 10 strip @ 10 tablet No. Reg. GBL 9907109563A1
Botol plastik @ 1000 tablet No. Reg. GBL 9907109563A1
Botol @ 60 ml No. Reg. GBL 9807106833A1


PRODUKSI P.T. FIRST MEDIPHARMA
Sidoarjo - Indonesia

DMP - Batuk



SANADRYL DMP



GOLONGAN
GENERIK

Per 5 mL :
Dekstrometorfan HBr 10 mg
Difenhidramin HCl 12,5 mg
Ammonium Klorida 100 mg
Natrium Sitrat 50 mg
Mentol 1 mg

INDIKASI :

Meringankan gejala batuk berdahak yang menimbulkan rasa sakit atau batuk karena alergi.

KONTRA INDIKASI :

Hipersensitif terhadap komponen obat ini.
Hamil dan menyusui.

PERHATIAN :

Penyakit hati, asma, glaukoma, emfisema, sesak nafas, penyakit paru kronis, pembesaran prostat, penyumbatan piloroduodenum, penyumbatan leher kandung kemih, penghambat mono amin oksidase (MAOI), hamil, menyusui, pasien debil dan hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), bisa mengganggu kemampuan untuk mengendarai atau mengoperasikan mesin.
Bukan untuk batuk berdahak.

Interaksi obat :

- bisa mempotensiasi depresan susunan saraf pusat lainnya.
- aksi diperpanjang oleh MAOI.


EFEK SAMPING :

Mengantuk, sedasi, pusing, gangguan koordinasi, rasa tidak enak pada ulu hati, sekresi saluran nafas mengental, susah buang air besar, depresi nafas dan susunan saraf pusat (pada dosis sangat besar).

KEMASAN :

Sirup 60 mL.

DOSIS :
Dewasa : 3-4 kali sehari 2 sendok teh.
Anak-anak berusia 6-12 tahun : 3-4 kali sehari 1 sendok teh.

Daftar Obat Generik



NAMA GOLONGAN/ KELAS TERAPI
NO
OBAT GENERIK
Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi nonsteroid, Antipirai
1
Acetosal
2
Allopurinol
3
As. Mefenamat
4
Fentanil
5
Ibuprofen
6
Ketoprofen
7
Ketorolak
8
Kolkisin
9
Meloksikam
10
Morfin
11
Na Diklofenak
12
Parasetamol
13
Pethidin
14
Piroksikam
15
Tramadol
Anastetik


Antialergi dan Obat untuk Anafilaksis
16
Cetrizin
17
Deksametason
18
Dipenhidramin
19
Epinefrin
20
Klorpheniramin
21
Loratadin
Antidot dan Obat lain untuk Keracunan
22
Kalsium Glukonat
23
Mg Sulfat
24
Na Bikarbonat
25
Nalokson
26
Protamin Sulfat
Antiepilepsi – Antikonvulsi
27
As. Valproat
28
Diazepam
29
Fenitoin
30
Karbamazepin
31
Phenobarbital
Anti Infeksi
32
Asiklovir
33
Amikasin
34
Amoksisilin
35
Ampisilin
36
Benzipenisilin
37
Ciprofloksasin
38
Dapson
39
Dikloksasilin
40
Doksisiklin
41
Efavirens
42
Eritromisin
43
Ethambutol
44
Fenoksimetilpenisilin
45
Flukonazol
46
Gentamisin
47
Griseofulvin
48
INH
49
Ketokonazol
50
Klindamisin
51
Kloramfenikol (Thiampenikol)
52
Klorokuin
53
Kotrimoksazol
54
Kuinin
55
Lamivudin
56
Levofloksasin
57
Metronidazol
58
Nevirapine
59
Nistatin
60
Pirantel
61
Pirazinamid
62
Primakuin
63
Rifampisin
64
Sefadroksil
65
Sefiksim
66
Sefotaksim
67
Seftazidim
68
Seftriakson
69
Stavudin
70
Streptomisin
71
Sulfasalazin
72
Tetrasiklin
Antimigrain
73
Ergotamin
Antineoplastik, Imunosupresan dan obat untuk terapi paliatik
74
Asparaginase
75
Azatrioprin
76
Bleomisin
77
Cisplatin
78
Dakarbasin
79
Doksorubisin
80
Etoposid
81
Fluoro urasil
82
Hidroksil urea
83
Medroksiprogesteronasetat
84
Metotreksat
85
Siklofosfamid
86
Siklosforin
87
Sitarabin
88
Tamoksifen
89
Testosteron
90
Vinblastin
91
Vinkristin
Antiparkinson
92
Levodopa + Karbidopa
93
Triheksifenidil
Obat yang mempengaruhi darah
94
Fe Sulfat
95
Fitomenadion
96
Heparin
97
Warfarin
98
Traneksamat
Produk Darah


Diagnostik


Disinfektan & Antiseptik
Gigi & Mulut
99
Povidon iodin


Diuretik
100
Furosemida
101
HCT
102
Manitol
103
Spironolakton
Hormon, Obat endokrin lain dan Kontraseptik
Kardiovaskuler
Kulit, Obat Topikal
Larutan Dialisis Peritoneal
Larutan Elektrolit
Obat Mata
Oksitoksik dan Relaksan Uterus
Psikofarmaka
104
Acarbose
105
Etinil Estradiol
106
Glibenklamid
107
Gliklazid
108
Glikuidon
109
Glimepirid
110
Glipizid
111
Hidrokortison
112
Insulin
113
Levonorgestrel
114
Metformin
115
Metil Prednisolon
116
Pioglitazon
117
Prednison
118
Repaglinid
119
Rosiglitazon
120
Amlodipin
121
Atropin
122
Carvedilol
123
Digoksin
124
Dobutamin
125
Dopamin
126
ISDN
127
KCL
128
Klonidin
129
Lisinopril
130
Metildopa
131
Nifedipin
132
Nitrogliserin
133
Propanolol
134
Ramipril
135
Simvastatin
136
Streptokinase
137
Terazosin
138
Valsartan
139
Verapamil
140
Asam Retinoat
141
Basitrasin – Polimiksin B
142
Betametason
143
Mikonazol
144
Na Fusidat




145
Asetazolamid
146
Pilokarpin
147
Sulfacetamid
148
Timolol
149
Isoksuprin
150
Metil Ergometrin
151
Oksitosin
152
Alprazolam
153
Amitriptilin
154
CPZ
155
Flufenasin
156
Fluoksetin
157
Haloperidol
158
Quetiapin
159
Risperidon
Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase
160
Pankuronium
161
Neostigmin
162
Piridostigmin
163
Suksametonium
164
Vekuronium
Saluran Cerna
165
Antasida
166
Bisakodil
167
Cimetidin
168
Dimenhidrinat
169
Domperidon
170
Lansoprazol
171
Loperamid
172
Metoklopramid
173
Neomisin
174
Omeprazol
175
Ranitidin
176
Sukralfat
Saluran Napas
177
Ambroksol
178
Aminophilin
179
Asetil Sistein
180
Bromheksin
181
Budesonid
182
DMP
183
GG
184
Ipatropium
185
Ketotifen
186
Salbutamol
187
Terbutalin
Obat yang mempengaruhi sistim imun
188
Hepatitis B rekombinan
189
Serum Antibisa ular
190
Serum Antidifteri
191
Serum Antirabies
192
Serum Antitetanus
193
Serum Imunoglobulin
194
Vaksin BCG
195
Vaksin Campak
196
Vaksin DTP
197
Vaksin jerap difteri tetanus
198
Vaksin meningokokus polisakarida A + C
199
Vaksin polio
200
Vaksin Rabies
Telinga, Hidung dan Tenggorokan
201
Oksimetazolin
Vitamin dan Mineral
202
Vitamin B6
203
Vitamin C